“ Kenakalan remaja, salah siapa ?”
bye : Rala Muslailati Novila
Sangat
sering terjadi, ketika seorang anak sering melakukan pelanggaran tata tertib di
sekolah, apalagi jika anak tersebut
menunjukkan perilaku atau sikap yang tidak sopan, melawan dan memberontak, maka
hal pertama yang kita pertanyakan adalah ,” siapa orang tuanya? “. Apakah
kalimat ,” siapa orang tuanya,” tersebut terlontar akibat kebiasaan dari
seringnya mendengar, ataukah kita yang melontarkan pertanyaan tersebut,
memahami bahwa orang yang sangat bertanggung jawab pertama sekali ketika
seorang anak bersikap “ nakal “, adalah sang orang tua?
Di
sekolah, ketika siswa atau siswi sering dipanggil ke ruang bimpen dan kesiswaan
akibat kenakalannya, maka langkah selanjutnya yang dilakukan pihak sekolah
adalah memanggil orang tua siswa dan siswi. Nampaknya kita kembali menelaah
kalimat ini,” apakah pemanggilan orang tua siswa dan siswi tersebut akibat kebiasaan atau rutinitas saja ,
ataukah pihak sekolah memahami bahwa orang yang sangat bertanggung jawab
pertama sekali ketika siswa dan siswi
bersikap “ nakal “, adalah sang orang tua?
Baiklah,
mari kita coba menelaah, beberapa kasus yang pernah penulis tangani di madrasah
penulis.
Kasus 1 :
Sebut saja namanya Anton. Anton terlihat sangat tidak antusias belajar.
Datang ke sekolah selalu terlambat. Tidak bisa lagi membuang rokok dari
kesehariannya. Pakaian seragam tidak pernah rapi dan terkesan kumal. Inti
ceritanya, Anton selalu melanggar tata tertib Madrasah.
Pemanggilan orang tuanya sudah beberapa
kali dilakukan, tetapi dengan alasan sibuk, orang tuanya tidak pernah sempat
hadir ke madrasah. Selidik punya selidik, ternyata Anton korban orang tua yang
super sibuk. Hubungan Anton dengan kedua orang tuanya sangat tidak harmonis.
Orang tua Anton menganggap anak harus menuruti kemauan mereka, jika mau
diberikan uang dan jajan sesuai permintaan. Dan yang paling menyedihkan, ketika
dalam proses bimbingan di ruang kesiswaan, Anton mengaku dengan jujur bahwa
sejak kecil sampai dengan usianya sekarang 16 tahun, Anton tidak pernah mengerjakan
shalat fardhu. Ironis memang, ketika dengan penuh kelembutan penulis menanyakan
penyebabnya, dengan lugu Anton menjawab,” orang tua saya pun tidak pernah
shalat, bu!”. “ saya tidak pernah dibimbing seperti ibu membimbing saya
berkali-kali,” lanjut Anton. “ Saya juga selalu dipukul bapak, kalau saya
pulang larut malam,” Anton masih bicara. Penulis masih mendengarkan keluhan
Anton dengan penuh perhatian. Dan kalimat Anton yang terakhir adalah, “ saya
tidak mau jadi polisi bu, saya tidak bakat ke sana, tetapi bapak dengan ibu memaksa
saya harus masuk polisi setelah saya tamat, bu. Makanya saya malas belajar
bu,”.
Kasus 2 :
Penulis memberikan nama samarannya sebagai
Minda. Wajahnya cantik, kulitnya juga bersih. Dari pakaiannya, semula penulis
menduga Minda adalah anak orang kaya. Terakhir baru penulis mengetahui ternyata
Minda hanya anak sepasang petani biasa, rumahnya juga sangat sederhana. Minda
putri mereka satu-satunya. Di sekolah, Minda sering bolos, semangat belajar
tidak terlihat sama sekali. Kehadirannya ke sekolah, dalam seminggu paling
banyak 2 atau, 3 hari, selebihnya keberadaan Minda tidak diketahui.
Penyelidikan mulai dilakukan, beberapa
data akurat dari teman sekelasnya dan pihak yang bisa dipercaya, akhirnya kami
menemukan keberadaan Minda, sekaligus mengetahui aktifitas Minda. Ketika orang
tua Minda hadir ke sekolah karena surat yang kami titipkan pada teman sekelas
Minda, kami pihak madrasah terhenyak sedih. Orang tua Minda terlihat sangat
kekurangan, lugu dan soleh. Dari hasil wawancara kami simpulkan bahwa orang tua
Minda sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, baik pendidikan
dunia dan akhirat. Minda juga tidak membantah hal tersebut, hanya sayangnya
Minda memanfaatkan keluguan, keikhlasan serta kesolehan orang tuanya. Minda
menyalahkan orang tuanya yang tidak pernah memberikan kesenangan material
padanya, sementara Minda tidak melihat keringat yang tidak pernah berhenti bercucuran dari kedua orang tuanya
yang sudah berusia tua, bekerja dari pagi sampai menjelang maghrib di kebun dan
sawah orang lain. Minda lebih memilih menggadaikan harga diri dan masa depannya
tanpa martabat, kepada siapa saja lelaki yang bisa memberikan Minda kemewahan.
Sedikit kesalahan orang tua Minda, mereka terlalu percaya terhadap Minda,
dengan harapan dan doa saja. Dan mereka sangat memanjakan Minda karena Minda
satu-satunya harta mereka.
Nah, dari kedua kasus yang penulis paparkan
di atas, dapat kita mengambil kesimpulan bahwa beberapa penyebab seorang anak
menjadi “ nakal “ adalah :
1.
Orang tua yang otoriter (orangtua terlalu menekan atau
memaksa anak untuk menuruti semua kenginannya tanpa melihat kondisi dan
kemampuan anak ) (kasus Anton )
2.
Orang tua tidak bisa / tidak mau memenuhi
keinginan si anak sementara si anak sangat menginginkannya ( kasus Anton dan
Minda ). Dalam konteks ini, bukan berarti setiap keinginan anak harus dipenuhi,
tetapi harus di telaah dan dipelajari
dengan sangat bijaksana, terlebih dahulu ).
3.
Anak tumbuh tanpa bimbingan ( akibat kesibukan
dan lain-lain )(kasus Anton )
4.
Mencontoh sikap dan perilaku orang tua ( kasus
Anton)
5.
Sering cekcok dengan orang tua/tidak harmonis (
kasus Anton)
6.
Anak terlalu dimanja ( kasus Anton)
7.
Pengaruh lingkungan ( kasus Minda )
Sebuah artikel yang saya baca dari dari anneahira.com, ada baiknya penulis angkat dalam tulisan ini. Bahwa ternyata
penyebab terjadinya kenakalan pada remaja/anak adalah faktor internal dan
eksternal.
-
Faktor internal:
- Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
- Kontrol diri yang lemah : Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
-
Faktor eksternal:
- Keluarga dan perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
- Teman sebaya yang kurang baik
- Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
(anneahira.com ).
Baiklah, kembali ke paparan penulis
di awal paparan, ternyata memang peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik
dan membentuk kepribadian si anak. Firman Allah SWT :
يايُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ اَنْفُسَكُمْ وَ
اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَ اْلحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ
غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا
يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim : 6]
Dan sabda
Rasulullah SAW :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ. اَلاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالرَّجُلُ رَاعٍ
فيِ اَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فيِ بَيْتِ
زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ
سَيّدِهِ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلُ عَنْ
رَعِيَّتِهِ . البخارى 1: 215
Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang
kepemimpinanmu. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya
tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan
akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga
harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari
kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR
Bukhari juz 1, hal. 215]
Dengan ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab yang
yang sangat besar terhadap perkembangan anak-anaknya. Semoga kita diberikan
rahmat dan kesabaran serta kebijaksanaan oleh Allah SWT, sebagai orang tua yang
berperan sesuai dengan anjuran agama. Tentang kedua kasus yang penulis paparkan
di atas, pihak madrasah sudah memberikan solusi dan tindakan dengan penuh
pertimbangan. Anton masih menempuh pendidikan di madrasah kami dan telah
menampakkan perubahan yang sangat signifikan ke arah yang positif. Sementara
Minda, atas permohonan orang tuanya, berhenti dari sekolah dan menikah karena
kondisi Minda yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan sekolah.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar