Selasa, 03 Februari 2015





“ Kenakalan remaja, salah siapa ?”
bye : Rala Muslailati Novila


                Sangat sering terjadi, ketika seorang anak sering melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah, apalagi jika anak  tersebut menunjukkan perilaku atau sikap yang tidak sopan, melawan dan memberontak, maka hal pertama yang kita pertanyakan adalah ,” siapa orang tuanya? “. Apakah kalimat ,” siapa orang tuanya,” tersebut terlontar akibat kebiasaan dari seringnya mendengar, ataukah kita yang melontarkan pertanyaan tersebut, memahami bahwa orang yang sangat bertanggung jawab pertama sekali ketika seorang anak bersikap “ nakal “, adalah sang orang tua?
                Di sekolah, ketika siswa atau siswi sering dipanggil ke ruang bimpen dan kesiswaan akibat kenakalannya, maka langkah selanjutnya yang dilakukan pihak sekolah adalah memanggil orang tua siswa dan siswi. Nampaknya kita kembali menelaah kalimat ini,” apakah pemanggilan orang tua siswa dan siswi tersebut  akibat kebiasaan atau rutinitas saja , ataukah pihak sekolah memahami bahwa orang yang sangat bertanggung jawab pertama sekali ketika siswa dan siswi  bersikap “ nakal “, adalah sang orang tua?
                Baiklah, mari kita coba menelaah, beberapa kasus yang pernah penulis tangani di madrasah penulis.
Kasus 1 :
Sebut saja namanya Anton.  Anton terlihat sangat tidak antusias belajar. Datang ke sekolah selalu terlambat. Tidak bisa lagi membuang rokok dari kesehariannya. Pakaian seragam tidak pernah rapi dan terkesan kumal. Inti ceritanya, Anton selalu melanggar tata tertib Madrasah.
Pemanggilan orang tuanya sudah beberapa kali dilakukan, tetapi dengan alasan sibuk, orang tuanya tidak pernah sempat hadir ke madrasah. Selidik punya selidik, ternyata Anton korban orang tua yang super sibuk. Hubungan Anton dengan kedua orang tuanya sangat tidak harmonis. Orang tua Anton menganggap anak harus menuruti kemauan mereka, jika mau diberikan uang dan jajan sesuai permintaan. Dan yang paling menyedihkan, ketika dalam proses bimbingan di ruang kesiswaan, Anton mengaku dengan jujur bahwa sejak kecil sampai dengan usianya sekarang 16 tahun, Anton tidak pernah mengerjakan shalat fardhu. Ironis memang, ketika dengan penuh kelembutan penulis menanyakan penyebabnya, dengan lugu Anton menjawab,” orang tua saya pun tidak pernah shalat, bu!”. “ saya tidak pernah dibimbing seperti ibu membimbing saya berkali-kali,” lanjut Anton. “ Saya juga selalu dipukul bapak, kalau saya pulang larut malam,” Anton masih bicara. Penulis masih mendengarkan keluhan Anton dengan penuh perhatian. Dan kalimat Anton yang terakhir adalah, “ saya tidak mau jadi polisi bu, saya tidak bakat ke sana, tetapi bapak dengan ibu memaksa saya harus masuk polisi setelah saya tamat, bu. Makanya saya malas belajar bu,”.

Kasus 2 :
Penulis memberikan nama samarannya sebagai Minda. Wajahnya cantik, kulitnya juga bersih. Dari pakaiannya, semula penulis menduga Minda adalah anak orang kaya. Terakhir baru penulis mengetahui ternyata Minda hanya anak sepasang petani biasa, rumahnya juga sangat sederhana. Minda putri mereka satu-satunya. Di sekolah, Minda sering bolos, semangat belajar tidak terlihat sama sekali. Kehadirannya ke sekolah, dalam seminggu paling banyak 2 atau, 3 hari, selebihnya keberadaan Minda tidak diketahui. Penyelidikan  mulai dilakukan, beberapa data akurat dari teman sekelasnya dan pihak yang bisa dipercaya, akhirnya kami menemukan keberadaan Minda, sekaligus mengetahui aktifitas Minda. Ketika orang tua Minda hadir ke sekolah karena surat yang kami titipkan pada teman sekelas Minda, kami pihak madrasah terhenyak sedih. Orang tua Minda terlihat sangat kekurangan, lugu dan soleh. Dari hasil wawancara kami simpulkan bahwa orang tua Minda sangat bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, baik pendidikan dunia dan akhirat. Minda juga tidak membantah hal tersebut, hanya sayangnya Minda memanfaatkan keluguan, keikhlasan serta kesolehan orang tuanya. Minda menyalahkan orang tuanya yang tidak pernah memberikan kesenangan material padanya, sementara Minda tidak melihat keringat yang tidak pernah  berhenti bercucuran dari kedua orang tuanya yang sudah berusia tua, bekerja dari pagi sampai menjelang maghrib di kebun dan sawah orang lain. Minda lebih memilih menggadaikan harga diri dan masa depannya tanpa martabat, kepada siapa saja lelaki yang bisa memberikan Minda kemewahan. Sedikit kesalahan orang tua Minda, mereka terlalu percaya terhadap Minda, dengan harapan dan doa saja. Dan mereka sangat memanjakan Minda karena Minda satu-satunya harta mereka.


Nah, dari kedua kasus yang penulis paparkan di atas, dapat kita mengambil kesimpulan bahwa beberapa penyebab seorang anak menjadi “ nakal “ adalah :
1.       Orang tua yang otoriter (orangtua terlalu menekan atau memaksa anak untuk menuruti semua kenginannya tanpa melihat kondisi dan kemampuan anak ) (kasus Anton )
2.       Orang tua tidak bisa / tidak mau memenuhi keinginan si anak sementara si anak sangat menginginkannya ( kasus Anton dan Minda ). Dalam konteks ini, bukan berarti setiap keinginan anak harus dipenuhi, tetapi  harus di telaah dan dipelajari dengan sangat bijaksana, terlebih dahulu ).
3.       Anak tumbuh tanpa bimbingan ( akibat kesibukan dan lain-lain )(kasus Anton )
4.       Mencontoh sikap dan perilaku orang tua ( kasus Anton)
5.       Sering cekcok dengan orang tua/tidak harmonis ( kasus Anton)
6.       Anak terlalu dimanja ( kasus Anton)
7.       Pengaruh lingkungan ( kasus Minda )
Sebuah artikel yang saya baca dari  dari anneahira.com, ada baiknya penulis  angkat dalam tulisan ini. Bahwa ternyata penyebab terjadinya kenakalan pada remaja/anak adalah faktor internal dan eksternal.
-          Faktor internal:
  1. Krisis identitasPerubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
  2. Kontrol diri yang lemah : Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
-          Faktor eksternal:
  1. Keluarga dan perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  2. Teman sebaya yang kurang baik
  3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
(anneahira.com ).

Baiklah, kembali ke paparan penulis di awal paparan, ternyata memang peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik dan membentuk kepribadian si anak.  Firman Allah SWT :

يايُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَ اْلحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim : 6]

Dan sabda Rasulullah SAW :

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. اَلاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالرَّجُلُ رَاعٍ فيِ اَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فيِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيّدِهِ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلُ عَنْ رَعِيَّتِهِ . البخارى 1: 215
Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR Bukhari juz 1, hal. 215]

Dengan ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab yang yang sangat besar terhadap perkembangan anak-anaknya. Semoga kita diberikan rahmat dan kesabaran serta kebijaksanaan oleh Allah SWT, sebagai orang tua yang berperan sesuai dengan anjuran agama. Tentang kedua kasus yang penulis paparkan di atas, pihak madrasah sudah memberikan solusi dan tindakan dengan penuh pertimbangan. Anton masih menempuh pendidikan di madrasah kami dan telah menampakkan perubahan yang sangat signifikan ke arah yang positif. Sementara Minda, atas permohonan orang tuanya, berhenti dari sekolah dan menikah karena kondisi Minda yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan sekolah.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.






               







               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar